TINJAUAN TEKNIK PENGUKURAN DAN
ANALISIS
EMISI PENCEMAR UDARA DI INDUSTRI
TEKSTIL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I:
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Tujuan
BAB II: ISI
2.1 Pengantar Udara
2.2 Sumber
Pencemar Udara
2.3 Jenis Bahan Pencemar Udara
2.4 Pencemar Udara pada Emisi Industri Tekstil
BAB III:
METODOLOGI
3.1
Teknik Tangkapan (Capture)
3.2
Teknik Pemekatan
3.3
Metode Filter
3.4
Analisis Absorpsi Sinar
Ultraviolet
3.5
Analisis Kromatografi
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Udara merupakan faktor yang penting dalam
kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat
industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar
kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan
tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan.
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya
bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan
susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat
asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu
yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti
itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun
1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran
udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke
dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi
fungsinya.
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang turut memberikan
kontribusi dalam pencemaran udara. Analisis data pengukuran kulaitas udara
perlu dilakukan untuk mengevaluasi kehandalan, akurasi, presisi data.
Interprestasi terhadap karakteristik pencemaran dapat dibuat dengan
mengevaluasi fluktuasi data pemantauan udara.
1.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini yakni untuk mengetahui
teknik pengukuran dan analisis emisi pencemar udara di industri tekstil.
BAB II
ISI
2.1 PENGANTAR UDARA
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan
bagian pokok di bidang kesehatan. Udara
sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk
hidup untuk hidup secara optimal. Pencemaran udara dewasa ini semakin
menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai
kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan.
Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara
yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh
berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam
beracun, dan lain-lain. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah
menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan
manusia. Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pulalah yang
menjadi dasar kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program
pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program
unggulan.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri,
transportasi, dan lain-lain di samping memberikan dampak positif namun di sisi
lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran
udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor)
yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.
2.2 SUMBER PENCEMAR UDARA
Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini
telah menjadi persoalan global, karena udara telah tercemar akibat aktivitas
manusia dan proses alam. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara
alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan
pancaran garam dari laut ; juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia,
misalnya akibat aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah, baik
akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.
Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai berikut :
a. Zat pencemar
primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam konsentrasi
yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara alamiah seperti
karbon dioksida, yang meningkat di atas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya, ditemukan
dalam udara, misalnya timbal.
b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia
berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia antar
komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan
besar :
- Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran
udara adalah kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan mikroorganisme,
dan lain-lain. Bahan pencemar
yang dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu.
- Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan-bahan
pencemar bermacam-macam antara lain adalah kegiatan-kegiatan berikut :
a. Pembakaran,
seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri,
kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara
lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
b. Proses
peleburan, seperti proses peleburan baja, pembuatan soda,semen, keramik, aspal.
Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah debu, uap dan
gas-gas.
c. Pertambangan
dan penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan pencemar yang
dihasilkan terutama adalah debu.
d. Proses
pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan, daging, ikan,
dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama asap, debu, dan bau.
e. Pembuangan
limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Pencemarannya terutama
adalah dari instalasi pengolahan air buangannya. Sedangkan bahan pencemarnya
yang teruatam adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
f. Proses kimia,
seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses
pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan
pencemar yang dihasilkan antara lain adalah debu, uap dan gas-gas
g. Proses
pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang
semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu.
h.
Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan
pencemarnya yang terutama adalah gas-gas dan debu radioaktif.
2.3 JENIS BAHAN PENCEMAR UDARA
Sumber
bahan pencemar udara ada lima macam yang merupakan penyebab utama (sekitar 90%)
terjadinya pencemaran udara global di seluruh dunia yaitu:
- Gas
karbon monoksida, CO
- Gas-gas nitrogen oksida, NOx
- Gas hidrokarbon, CH
- Gas belerang oksida, SOx
- Partikulat-partikulat (padat
dan cair)
Gas karbon monoksida
merupakan bahan pencemar yang paling banyak terdapat di udara, sedangkan bahan
pencemar berupa partikulat (padat maupun cair) merupakan bahan pencemar yang
sangat berbahaya (sifat racunnya sekitar 107 kali dari sifat racunnya gas
karbon monoksida).
a. Gas Karbon
Monoksida, CO
Karbon
monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
titik didih -192ยบ C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara.
Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas karbon monoksida antara lain:
·
Pembakaran
tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa karbon lainnya.
·
Reaksi
antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industri yang terjadi
dalam tanur.
·
Gas
karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke atmosfer lebih
sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari kegiatan manusia.
Karbon
monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah lama ada di atmosfer
sebagai hasil produk dar aktivitas gunung berapi.Ia larut dalam lahar gunung
berapi pada tekanan yang tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan karbon
monoksida dalam gas gunung berapi bervariasi dari kurang dari 0,01% sampai
sebanyak 2% bergantung pada gunung berapi tersebut. Oleh karena sumber alami
karbon monoksida bervariasi dari tahun ke tahun, sangatlah sulit untuk secara
akurat menghitung emisi alami gas tersebut.
Karbon
monoksida memiliki efek radiative forcing secara tidak langsung dengan
menaikkan konsentrasi metana dan ozon troposfer melalui reaksi kimia dengan
konstituen atmosfer lainnya (misalnya radikal hidroksil OH-) yang
sebenarnya akan melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di atmosfer,
karbon monoksida pada akhirnya akan teroksidasi menjadi karbon dioksida.
Konsentrasi karbon monoksida memiliki jangka waktu pendek di atmosfer.
CO
antropogenik dari emisi automobil dan industri memberikan kontribusi pada efek
rumah kaca dan pemanasan global. Di daerah perkotaan, karbon monoksida, bersama
dengan aldehida, bereaksi secara fotokimia, meghasilkan radikal peroksi.
Radikal peroksi bereaksi dengan nitrogen oksida dan meningkatkan rasio NO2
terhadap NO, sehingga mengurangi jumlah NO yang tersedia untuk bereaksi dengan
ozon. Karbon monoksida juga merupakan konstituen dari asap rokok.
b. Gas-gas Nitrogen
Oksida, NOx
Gas-gas
nitrogen oksida yang ada di udara adalah nitrogen monoksida NO, dan nitrogen
dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas nitrogen monoksida
tidak berwarna, tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna coklat
kemerahan dan berbau tajam dan menyebabkan orang menjadi lemas.
Oksida
nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian
menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama
ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan
kematian. Di udara ambient yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2
yang bersifat racun. Penelitian terhadap
hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan
gejala kelumpuhan sistem syarat dan kekejangan. Penelitian lain menunjukkan
bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah
6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali setelah
4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar tersebut berlangsung selama 12
menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan semua tikus yang diuji akan
mati.
NO2
bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi
dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari
kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2
sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang
diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5
ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
c. Hidrokarbon (CH)
Sumber
terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuh-tumbuhan. Gas metana CH4
adalah senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari penguraian senyawa
organik oleh bakteri anaerob yang terjadi dalam air, dalam tanah dan dalam
sedimen yang masuk ke dalam lapisan atmosfer.
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut polycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan kawasan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut polycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan kawasan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Pengaruh hidrokarbon
aromatik pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah ini.
Jenis hidrokarbon
|
Konsentrasi
( ppm )
|
Dampak kesehatan
|
Benzene
(C6H6
)
|
100
|
Iritasi
membran mukosa
|
3.000
|
Lemas
setelah ½ - 1 Jam
|
|
7.500
|
Pengaruh
sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam
|
|
20.000
|
Kematian
setelah pemaparan 5 –10 menit
|
|
Toluena
(C7H8)
|
200
|
Pusing
lemah dan berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam
|
600
|
Kehilangan
koordinasi bola mata terbalik setelah pemaparan 8 jam
|
d. Gas-gas Belerang
Oksida SOx
Gas
belerang dioksida SO2 tidak berwarna, dan berbau sangat tajam. Gas
belerang dioksida dihasilkan dari pembakaran senyawasenyawa yang mengandung
unsur belerang. Gas belerang dioksida SO2 terdapat di udara biasanya
bercampur dengan gas belerang trioksida SO3 dan campuran ini diberi
simbol sebagai SOx. Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia
dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia
adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi pada kadar SO2
sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi
terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2
dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan
SO2,
meskipun dengan kadar yang relative rendah.
Kadar SO2yang
berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :
Konsentasi (ppm)
|
Pengaruh
|
3-5
|
Jumlah
terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
|
8-12
|
Jumlah
terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
|
20
|
Jumlah
terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
|
20
|
Jumlah
terkecil yang akan mengakibatkan batuk
|
20
|
Maksimum yang
diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama
|
50-100
|
Maksimum yang
diperbolehkan untuk kontrak singkat ( 30 menit )
|
400-500
|
Berbahaya
meskipun kontak secara singkat
|
e. Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa
butiran-butiran kecil zat padat dan tetes-tetes air. Partikulat-partikulat ini
banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan merupakan bahan pencemar udara yang
sangat berbahaya. Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi
perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian
ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti
timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui
rute lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di
udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat
maupun cair yang berada diudara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran
partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron
sampai dengan 10 mikron.
Pada umunya ukuran
partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung
masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti
bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena
partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan
menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi
reaksi sinergistik dengan gas SO2
yang terdapat di udara juga.
Selain itu
partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan
iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (visibility). Adanya ceceran logam
beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang
terbesar bagi kesehatan.
Pada umumnya udara
yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari
seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat
akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan
tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang
dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang
besaral dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang
terikat pada partikulat patut mendapat perhatian.
2.4 PENCEMAR UDARA PADA EMISI INDUSTRI TEKSTIL
Sumber
pencemar pada industri tekstil antara lain oksida sulfur (SOx), oksida-oksida
nitrogen (NOx), karbon monoksida (CO), debu atau partikulat, hidrokarbon,
senyawa organic mudah menguap (volatile
organic compound), khlorin, bau.
BAB III
METODOLOGI
3.1
SAMPLING UDARA
Program pengukuran kualitas udara ditinjau dari tujuan dan lokasinya pengambilan contoh udara
dibagi menjadi dua, yakni sampling pencemar ambien dan sampling emisi sumber.
Sampling pencemar ambien
bertujuan untuk :
§ Memenuhi dan mematuhi baku mutu udara ambien untuk industri
§ Menyediakan data untuk evaluasi kualitas udara di industri
§ Observasi terhadap kecenderungan adanya pencemaran
Sampling emisi sumber bertujuan untuk :
§ Mengetahui besaran emisi pencemar untuk dibandingkan dengan baku
mutu emisi.
§ Mengetahui tingkat emisi dari laju produksi atau operasi industri.
§ Melakukan pemantauan kinerja alat pencegahan pencemaran
Berdasarkan periode dan frekuensi sampling, sampling
udara dapat dibedakan menjadi :
- Sampling kontinyu
- Sampling intemitten
- Sampling sesaat
3.2 TEKNIK SAMPLING DAN
ANALISIS UDARA
3.2.1 TEKNIK SAMPLING
a. Teknik Tangkapan (capture)
Teknik sampling dengan menangkap
sejumlah volume contoh udara yang ditarik kedalam kontainer khusus, contoh
udara kemudian dianalisis di laboratorium dengan instrument analisis: GC,
GC-MSD, HPLC. Teknik ini mampu mengumpulkan sampel dalam jumlah besar dengan
frekuensi berulang, sehingga cocok untuk sampling kadar emisi. Beberapa jenis kontainer
yang sering digunakan yaitu: inert flexible bags (tedler bag), steel canister
dan glass boms.
Prosedur sampling dengan teknik
tangkapan dapat dilakukan secara sesaat, pasif dan aktif, seperti pada gambar
1. Pada sampling sesaat, contoh diambil secara simultan dalam rentang waktu
sesaat dengan membuka katup pada container atau dengan menambahkan tabung
resistor berupa kolom kapiler untuk mengendalikan laju alir sampel. Pada
sampling pasif, sampel siambil dalam waktu lebih lama tanpa bantuan pompa udara
namun laju alir dikendalikan dengan alat pengeandali aliran mekanis. Pada
sampling aktif, sampling dilakukan dengan bantuan pompa udara dan dilengkapi
dengan pengendali laju alir mekanis. Kekurangan pada teknik ini adalah
kemungkinan terjadinya interaksi antar senyawa atau antar sampel dengan kontainer
pengumpul.
b.
Teknik Pemekatan (concentration techniques)
Sampling dengan memekatkan
sejumlah volume contoh udara yang ditarik kedalam media tertentu (cairan,
reagen kimia, filter), untuk dianalisis dilaboratorium. Dengan adanya pemekatan
maka konsentrasi contoh dapat dinaikan tanpa mengubah konsentrasi relatifnya
sehingga cocok untuk sampling udara ambient yang konsentrasinya relatif rendah.
Dalam teknik ini terdapat keterbatasan dalam volume sampel dan dalam beberapa
kasus sering terjadi “breakthrough”
pada media absorben. Berikut ini aplikasi teknik pemekatan dalam sampling
udara.
c.
Metode Filter
Ada beberapa metode yang dapat
digunakan dalam metode filter ini, antara lain high volume sampler, PM 10
sampler, polyurethane foam sampler, indoor/personal particle monitor, virtual
impactor/dichotomous sampler.
3.2.2 TEKNIK ANALISIS UDARA
a. Analisis Spektrofotometri/Kolorimetri
Teknik analisis ini berdasarkan
prinsip perbedaan warna larutan reagen sebelum dan sesudah bereaksi dengan gas
yang diukur. Parameter pencemar udara dapat diukur melalui analisis
spektrofotometri, seperti SOx, NOx, H2S, ammonia, logam berat.
b. Analisis Elektrokimia
Teknik analisis ini berdasarkan
prinsip oksidasi elektrokimia, diman arus listrik yang dikonsumsi akan
merepresentasikan gas yang diukur secara kuantitatif. Parameter udara yang
dapat diukur dengan analisis ini diantaranya CO dan H2S.
c. Analisis Chemiluminescent
Teknik analisis dengan mengukur energi
cahaya yang dihasilkan oleh reaksi antara gas pencemar yang akan diukur dengan
gas reagen, energi cahaya yang dihasilkan ditangkap oleh tabung fotomultiplier,
diperkuat dan dipancarkan kesensor pembaca. Energi cahaya yang dihasilkan
sebanding dengan kuantitas zat pencemar reaktif. Pencemar udara yang dapat
diukur dengan analisis chemiluminescent diantaranya O3, NOx dan oksidan.
i. Analisis absorpsi sinar inframerah dan ultraviolet
Beberapa parameter pencemar
seperti CO dapat menyerap energi infared dan ultraviolet, sehingga besaran energi
yang terserap merepresentasikan konsentrasi pencemar. NDIR (non dispersive infra red) adalah
instrument analisis konsentrasi zat pencemar berdasarkan serapan energi
inframerah.
ii.
Analisis kromatografi
Kromatografi adalah teknik
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen analit
dalam suatu medium dan perbedaan afinitas antara analit, fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile). Berdasarkan jenis fase
geraknya, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi gas (GC) dan kromatografi
cairan (LC). Pencemar udara yang dapat diukur dengan analisis kromatografi
diantaranya: VOC dan hidrokarbon.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah pengambilan contoh dan analisis laboratorium, tahap selanjutnya
dalam program pengukuran kualitas udara adalah interpretasi data. Kehandalan
data pengukuran udara yang diperoleh darti sampling dan analisis laboratorium
ditentukan melalui analisis statistik antara lain memperhitungkan akurasi dan
presisi. Akurasi atau ketepatan data diperoleh dengan menghindari
kesalahan-kesalahan yang bersifat sistematik, seperti : pemilihan metode,
pemilihan standar acuan, kalibrasi alat dan sebagainya. Sedangkan presisi dan
peluang diperoleh melalui eliminasi kesalahan yang bersifat acak seperti
variable alam yang tidak dapat dikontrol (arah dan kecepatan angin, temperatur,
tekanan udara dan sebagainya) dan kesalahan individual.
Analisis statistik kehandalan data pengukuran udara merupakan hal yang
cukup sulit dibandingkan dengan pengukuran air dan tanah. Data pengukuran udara
dapat dikatakan representatif contoh maupun analisis instrumen yang dilakukan
setelah sesuai dengan karakteristik pencemaran di lokasi pengukuran. Berbagai
perubahan di lapangan akiat fenomena alam maupun proses tekstil dapat
menimbulkan potensi fluktuasi konsentrasi pencemaran secara signifikan seiring
dengan fungsi waktu. Dalam analisis data. Fluktuasi pencemar di udara sekali
lagi perlu dicermati beberapa hal dalam pengukuran yaitu: kesesuaian waktu
pengambilan contoh dengan waktu potensial pemaparan pencemaran, jenis, jumlah
dan lamanya pengambilan contoh dan jumlah replikasi analisis laboratorium.
Dalam pengukuran yang bersifat
pemantauan, data yang diperoleh ditampilkan sebagai fungsi waktu. Interpretasi
atau penilaian terhadap karakteristik pencematan di industri tekstil
berdasarkan pemantauan kualitas udara dapat dibuat dengan mengamati
karakteristik fluktuasi konsentrasi pencemar persatuan waktu. Interpretasi
kualitas udara dapat bersifat subjektif, namun kisaran berikut ni dapat
dijadikan acuan:
- Fluktuasi
konsentrasi pencemar selama pemantauan berada pada kisaran <¼ nilai
ambang batas (NAB) : kualitas udara diinterpretasikan betul-betul aman.
- Fluktuasi
konsentrasi pencemar selama pemantauan < NAB dan > ½ NAB : kualitas
udara berada pada aman namun perlu kewaspadaan. Tindakan yang perlu
diambil adalah melanjutkan pemantauan secara rutin dan memelihara upaya
pencegahan pencemaran udara.
- Fluktuas
konsentrasi pencemar selama pemantauan > ½ NAB dan < 1¼ NAB :
kualitas udara kurang aman, disinyalir terjadi proses yang banyak
mengemisikan pencemar ke udara atau terjadi kebocoran. Tindakan yang perlu
dilakukan adalah mengaudit setiap proses tekstil secara mendetail dsan
efisiensi peralatan , serta meningkatkan kontrol pencegahan emisi pencema.
- Fliktuasi konsentrasi pencemar selama pemantauan > ½ NAB dan >1 ¼ : kualitas udara tidak aman, terjadi pencemaran udara yang membahayakan pekerja. Tindakan yang perlu dilakukan adalah memperbaiki setiap potensi pencemaran udara dari proses tekstil dan peralatan, serta meningkatkan upaya K3 kemudian mengulangi program pemantauan secara periodik.
BAB V
KESIMPULAN
Program pengukuran dan analisis emisi pencemar uadra di industri tektil yang ideal harus mempertimbangkan karakteristik proses di lokasi pengukuran. Karakteristik pencemaran udrara dapat berbeda antara satu industri tekstil dngan lainnya bergantung pada frekuensi dan kapasitas produksi : jenis dan volume bahan kimia yang terlibat, serta karakteristik lokasi pengukuran. Karakteristik proses di lokasi pengukuran dan pertimbangan efektivitas dan biaya pengukuraan. Analisis statistik dalam menentukaan akurasi dan presisi data merupakan hal yang sangat penting dalam pengukuran konsentrasi pencemar udara di lokasi industri, Karena sifatnya yang relatif acak. Data yang kauraat dan presisi akan memberikan interpretasi yang tepat dalam menyimpulkan karakter pencemaran sekaligus program penanganan kualitas udar yang paling sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Soedomo, Pencemaran Udara,
Kumpulan Karya Ilmiah, Institut Teknologi Bandung, 2000.
Wardhana, Dampak
Pencemaran Lingkungan, 2001.
wahh.....bermanfaat sekali.
ReplyDelete:D