Terimakasih atas kunjungannya :)

April 23, 2012

Tinjauan Teknik Pengukuran & Analisis Emisi Pencemar Udara pada Industri Tekstil


TINJAUAN TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS
EMISI PENCEMAR UDARA DI INDUSTRI TEKSTIL

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Tujuan
BAB II: ISI
2.1  Pengantar Udara
2.2  Sumber Pencemar Udara
2.3  Jenis Bahan Pencemar Udara
2.4  Pencemar Udara pada Emisi Industri Tekstil
BAB III: METODOLOGI
3.1  Teknik Tangkapan (Capture)
3.2  Teknik Pemekatan
3.3  Metode Filter
3.4  Analisis Absorpsi Sinar Ultraviolet
3.5  Analisis Kromatografi
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan.
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya.
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang turut memberikan kontribusi dalam pencemaran udara. Analisis data pengukuran kulaitas udara perlu dilakukan untuk mengevaluasi kehandalan, akurasi, presisi data. Interprestasi terhadap karakteristik pencemaran dapat dibuat dengan mengevaluasi fluktuasi data pemantauan udara.

1.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini yakni untuk mengetahui teknik pengukuran dan analisis emisi pencemar udara di industri tekstil.
BAB II
ISI

2.1 PENGANTAR UDARA
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dan lain-lain. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pulalah yang menjadi dasar kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dan lain-lain di samping memberikan dampak positif namun di sisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.
2.2 SUMBER PENCEMAR UDARA
Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini telah menjadi persoalan global, karena udara telah tercemar akibat aktivitas manusia dan proses alam. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut ; juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.
Terdapat 2 jenis pencemar  yaitu sebagai berikut :
a.    Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara alamiah seperti karbon dioksida, yang meningkat di atas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya timbal.
b.    Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan besar :
  1. Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan mikroorganisme, dan lain-lain. Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu.
  1. Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan-bahan pencemar bermacam-macam antara lain adalah kegiatan-kegiatan berikut :
a.       Pembakaran, seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
b.      Proses peleburan, seperti proses peleburan baja, pembuatan soda,semen, keramik, aspal. Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah debu, uap dan gas-gas.
c.       Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama adalah debu.
d.      Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama asap, debu, dan bau.
e.       Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Pencemarannya terutama adalah dari instalasi pengolahan air buangannya. Sedangkan bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
f.       Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain adalah debu, uap dan gas-gas
g.      Proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu.
h.      Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah gas-gas dan debu radioaktif.
2.3 JENIS BAHAN PENCEMAR UDARA
Sumber bahan pencemar udara ada lima macam yang merupakan penyebab utama (sekitar 90%) terjadinya pencemaran udara global di seluruh dunia yaitu:
  1. Gas karbon monoksida, CO
  2. Gas-gas nitrogen oksida, NOx
  3. Gas hidrokarbon, CH
  4. Gas belerang oksida, SOx
  5. Partikulat-partikulat (padat dan cair)
Gas karbon monoksida merupakan bahan pencemar yang paling banyak terdapat di udara, sedangkan bahan pencemar berupa partikulat (padat maupun cair) merupakan bahan pencemar yang sangat berbahaya (sifat racunnya sekitar 107 kali dari sifat racunnya gas karbon monoksida).

a. Gas Karbon Monoksida, CO
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, titik didih -192ยบ C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas karbon monoksida antara lain:
·         Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa karbon lainnya.
·         Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industri yang terjadi dalam tanur.
·         Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke atmosfer lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari kegiatan manusia.
Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah lama ada di atmosfer sebagai hasil produk dar aktivitas gunung berapi.Ia larut dalam lahar gunung berapi pada tekanan yang tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan karbon monoksida dalam gas gunung berapi bervariasi dari kurang dari 0,01% sampai sebanyak 2% bergantung pada gunung berapi tersebut. Oleh karena sumber alami karbon monoksida bervariasi dari tahun ke tahun, sangatlah sulit untuk secara akurat menghitung emisi alami gas tersebut.
Karbon monoksida memiliki efek radiative forcing secara tidak langsung dengan menaikkan konsentrasi metana dan ozon troposfer melalui reaksi kimia dengan konstituen atmosfer lainnya (misalnya radikal hidroksil OH-) yang sebenarnya akan melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di atmosfer, karbon monoksida pada akhirnya akan teroksidasi menjadi karbon dioksida. Konsentrasi karbon monoksida memiliki jangka waktu pendek di atmosfer.
CO antropogenik dari emisi automobil dan industri memberikan kontribusi pada efek rumah kaca dan pemanasan global. Di daerah perkotaan, karbon monoksida, bersama dengan aldehida, bereaksi secara fotokimia, meghasilkan radikal peroksi. Radikal peroksi bereaksi dengan nitrogen oksida dan meningkatkan rasio NO2 terhadap NO, sehingga mengurangi jumlah NO yang tersedia untuk bereaksi dengan ozon. Karbon monoksida juga merupakan konstituen dari asap rokok.
b. Gas-gas Nitrogen Oksida, NOx
Gas-gas nitrogen oksida yang ada di udara adalah nitrogen monoksida NO, dan nitrogen dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas nitrogen monoksida tidak berwarna, tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam dan menyebabkan orang menjadi lemas.
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Di udara ambient yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun.  Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistem syarat dan kekejangan. Penelitian lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali setelah 4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar tersebut berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati.
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

c.  Hidrokarbon (CH)
Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuh-tumbuhan. Gas metana CH4 adalah senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh bakteri anaerob yang terjadi dalam air, dalam tanah dan dalam sedimen yang masuk ke dalam lapisan atmosfer.
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut polycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan kawasan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Pengaruh hidrokarbon aromatik pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah ini.
Jenis hidrokarbon
Konsentrasi
( ppm )
Dampak kesehatan
Benzene
(C6H6 )
100
Iritasi membran mukosa
3.000
Lemas setelah ½ - 1 Jam
7.500
Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam
20.000
Kematian setelah pemaparan 5 –10 menit
Toluena
(C7H8)
200
Pusing lemah dan berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam
600
Kehilangan koordinasi bola mata terbalik setelah pemaparan 8 jam

d. Gas-gas Belerang Oksida SOx
Gas belerang dioksida SO2 tidak berwarna, dan berbau sangat tajam. Gas belerang dioksida dihasilkan dari pembakaran senyawasenyawa yang mengandung unsur belerang. Gas belerang dioksida SO2 terdapat di udara biasanya bercampur dengan gas belerang trioksida SO3 dan campuran ini diberi simbol sebagai SOx. Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relative rendah.
Kadar  SO2yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :
Konsentasi (ppm)
Pengaruh
3-5
Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8-12
Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
20
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
20
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
20
Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama
50-100
Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat ( 30 menit )
400-500
Berbahaya meskipun kontak secara singkat

e. Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padat dan tetes-tetes air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan merupakan bahan pencemar udara yang sangat berbahaya. Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron.
Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (visibility). Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan.
Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang besaral dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat patut mendapat perhatian.

2.4    PENCEMAR UDARA PADA EMISI INDUSTRI TEKSTIL
Sumber pencemar pada industri tekstil antara lain oksida sulfur (SOx), oksida-oksida nitrogen (NOx), karbon monoksida (CO), debu atau partikulat, hidrokarbon, senyawa organic mudah menguap (volatile organic compound), khlorin, bau.




BAB III
METODOLOGI

3.1  SAMPLING UDARA
Program pengukuran kualitas udara ditinjau dari tujuan dan lokasinya pengambilan contoh udara dibagi menjadi dua, yakni sampling pencemar ambien dan sampling emisi sumber.
Sampling pencemar ambien bertujuan untuk :
§  Memenuhi dan mematuhi baku mutu udara ambien untuk industri
§  Menyediakan data untuk evaluasi kualitas udara di industri
§  Observasi terhadap kecenderungan adanya pencemaran
Sampling emisi sumber bertujuan untuk :
§  Mengetahui besaran emisi pencemar untuk dibandingkan dengan baku mutu emisi.
§  Mengetahui tingkat emisi dari laju produksi atau operasi industri.
§  Melakukan pemantauan kinerja alat pencegahan pencemaran
Berdasarkan periode dan frekuensi sampling, sampling udara dapat dibedakan menjadi :
  • Sampling kontinyu
  • Sampling intemitten
  • Sampling sesaat

3.2 TEKNIK SAMPLING DAN ANALISIS UDARA
3.2.1 TEKNIK SAMPLING
a.  Teknik Tangkapan (capture)
Teknik sampling dengan menangkap sejumlah volume contoh udara yang ditarik kedalam kontainer khusus, contoh udara kemudian dianalisis di laboratorium dengan instrument analisis: GC, GC-MSD, HPLC. Teknik ini mampu mengumpulkan sampel dalam jumlah besar dengan frekuensi berulang, sehingga cocok untuk sampling kadar emisi. Beberapa jenis kontainer yang sering digunakan yaitu: inert flexible bags (tedler bag), steel canister dan glass boms.
Prosedur sampling dengan teknik tangkapan dapat dilakukan secara sesaat, pasif dan aktif, seperti pada gambar 1. Pada sampling sesaat, contoh diambil secara simultan dalam rentang waktu sesaat dengan membuka katup pada container atau dengan menambahkan tabung resistor berupa kolom kapiler untuk mengendalikan laju alir sampel. Pada sampling pasif, sampel siambil dalam waktu lebih lama tanpa bantuan pompa udara namun laju alir dikendalikan dengan alat pengeandali aliran mekanis. Pada sampling aktif, sampling dilakukan dengan bantuan pompa udara dan dilengkapi dengan pengendali laju alir mekanis. Kekurangan pada teknik ini adalah kemungkinan terjadinya interaksi antar senyawa atau antar sampel dengan kontainer pengumpul.

b.    Teknik Pemekatan (concentration techniques)
Sampling dengan memekatkan sejumlah volume contoh udara yang ditarik kedalam media tertentu (cairan, reagen kimia, filter), untuk dianalisis dilaboratorium. Dengan adanya pemekatan maka konsentrasi contoh dapat dinaikan tanpa mengubah konsentrasi relatifnya sehingga cocok untuk sampling udara ambient yang konsentrasinya relatif rendah. Dalam teknik ini terdapat keterbatasan dalam volume sampel dan dalam beberapa kasus sering terjadi “breakthrough” pada media absorben. Berikut ini aplikasi teknik pemekatan dalam sampling udara.

c.    Metode Filter
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam metode filter ini, antara lain high volume sampler, PM 10 sampler, polyurethane foam sampler, indoor/personal particle monitor, virtual impactor/dichotomous sampler.

3.2.2 TEKNIK ANALISIS UDARA
a.  Analisis Spektrofotometri/Kolorimetri
Teknik analisis ini berdasarkan prinsip perbedaan warna larutan reagen sebelum dan sesudah bereaksi dengan gas yang diukur. Parameter pencemar udara dapat diukur melalui analisis spektrofotometri, seperti SOx, NOx, H2S, ammonia, logam berat.
b. Analisis Elektrokimia
Teknik analisis ini berdasarkan prinsip oksidasi elektrokimia, diman arus listrik yang dikonsumsi akan merepresentasikan gas yang diukur secara kuantitatif. Parameter udara yang dapat diukur dengan analisis ini diantaranya CO dan H2S.


c.  Analisis Chemiluminescent
Teknik analisis dengan mengukur energi cahaya yang dihasilkan oleh reaksi antara gas pencemar yang akan diukur dengan gas reagen, energi cahaya yang dihasilkan ditangkap oleh tabung fotomultiplier, diperkuat dan dipancarkan kesensor pembaca. Energi cahaya yang dihasilkan sebanding dengan kuantitas zat pencemar reaktif. Pencemar udara yang dapat diukur dengan analisis chemiluminescent diantaranya O3, NOx dan oksidan.
                             i.     Analisis absorpsi sinar inframerah dan ultraviolet
Beberapa parameter pencemar seperti CO dapat menyerap energi infared dan ultraviolet, sehingga besaran energi yang terserap merepresentasikan konsentrasi pencemar. NDIR (non dispersive infra red) adalah instrument analisis konsentrasi zat pencemar berdasarkan serapan energi inframerah.
                       ii.          Analisis kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen analit dalam suatu medium dan perbedaan afinitas antara analit, fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile). Berdasarkan jenis fase geraknya, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi gas (GC) dan kromatografi cairan (LC). Pencemar udara yang dapat diukur dengan analisis kromatografi diantaranya: VOC dan hidrokarbon.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah pengambilan contoh dan analisis laboratorium, tahap selanjutnya dalam program pengukuran kualitas udara adalah interpretasi data. Kehandalan data pengukuran udara yang diperoleh darti sampling dan analisis laboratorium ditentukan melalui analisis statistik antara lain memperhitungkan akurasi dan presisi. Akurasi atau ketepatan data diperoleh dengan menghindari kesalahan-kesalahan yang bersifat sistematik, seperti : pemilihan metode, pemilihan standar acuan, kalibrasi alat dan sebagainya. Sedangkan presisi dan peluang diperoleh melalui eliminasi kesalahan yang bersifat acak seperti variable alam yang tidak dapat dikontrol (arah dan kecepatan angin, temperatur, tekanan udara dan sebagainya) dan kesalahan individual.
Analisis statistik kehandalan data pengukuran udara merupakan hal yang cukup sulit dibandingkan dengan pengukuran air dan tanah. Data pengukuran udara dapat dikatakan representatif contoh maupun analisis instrumen yang dilakukan setelah sesuai dengan karakteristik pencemaran di lokasi pengukuran. Berbagai perubahan di lapangan akiat fenomena alam maupun proses tekstil dapat menimbulkan potensi fluktuasi konsentrasi pencemaran secara signifikan seiring dengan fungsi waktu. Dalam analisis data. Fluktuasi pencemar di udara sekali lagi perlu dicermati beberapa hal dalam pengukuran yaitu: kesesuaian waktu pengambilan contoh dengan waktu potensial pemaparan pencemaran, jenis, jumlah dan lamanya pengambilan contoh dan jumlah replikasi analisis laboratorium.
            Dalam pengukuran yang bersifat pemantauan, data yang diperoleh ditampilkan sebagai fungsi waktu. Interpretasi atau penilaian terhadap karakteristik pencematan di industri tekstil berdasarkan pemantauan kualitas udara dapat dibuat dengan mengamati karakteristik fluktuasi konsentrasi pencemar persatuan waktu. Interpretasi kualitas udara dapat bersifat subjektif, namun kisaran berikut ni dapat dijadikan acuan:
  • Fluktuasi konsentrasi pencemar selama pemantauan berada pada kisaran <¼ nilai ambang batas (NAB) : kualitas udara diinterpretasikan betul-betul aman.
  • Fluktuasi konsentrasi pencemar selama pemantauan < NAB dan > ½ NAB : kualitas udara berada pada aman namun perlu kewaspadaan. Tindakan yang perlu diambil adalah melanjutkan pemantauan secara rutin dan memelihara upaya pencegahan pencemaran udara.
  • Fluktuas konsentrasi pencemar selama pemantauan > ½ NAB dan < 1¼ NAB : kualitas udara kurang aman, disinyalir terjadi proses yang banyak mengemisikan pencemar ke udara atau terjadi kebocoran. Tindakan yang perlu dilakukan adalah mengaudit setiap proses tekstil secara mendetail dsan efisiensi peralatan , serta meningkatkan kontrol pencegahan emisi pencema.
  • Fliktuasi konsentrasi pencemar selama pemantauan > ½ NAB dan >1 ¼ : kualitas udara tidak aman, terjadi pencemaran udara yang membahayakan pekerja. Tindakan yang perlu dilakukan adalah memperbaiki setiap potensi pencemaran udara dari proses tekstil dan peralatan, serta meningkatkan upaya K3 kemudian mengulangi program pemantauan secara periodik.


BAB V
KESIMPULAN


Program pengukuran dan analisis emisi pencemar uadra di industri tektil yang ideal harus mempertimbangkan karakteristik proses di lokasi pengukuran. Karakteristik pencemaran udrara dapat berbeda antara satu industri tekstil dngan lainnya bergantung pada frekuensi dan kapasitas produksi : jenis dan volume bahan kimia yang terlibat, serta karakteristik lokasi pengukuran. Karakteristik proses di lokasi pengukuran dan pertimbangan efektivitas dan biaya pengukuraan. Analisis statistik dalam menentukaan akurasi dan presisi data merupakan hal yang sangat penting dalam pengukuran konsentrasi pencemar udara di lokasi industri, Karena sifatnya yang relatif acak. Data yang kauraat dan presisi akan memberikan interpretasi yang tepat dalam menyimpulkan karakter pencemaran sekaligus program penanganan kualitas udar yang paling sesuai.


DAFTAR PUSTAKA




Soedomo, Pencemaran Udara, Kumpulan Karya Ilmiah, Institut Teknologi Bandung, 2000.
Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, 2001.








           










1 comment: